SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN
K. Intelijen dan Perencanaan
Bangsa Mongol sangat hati-hati
dan memata-matai musuh mereka sebelum melakukan invasi apapun. Sebelum invasi
Eropa, Batu dan Subutai mengirim mata-mata selama hampir sepuluh tahun ke
jantung Eropa, membuat peta jalan Romawi kuno, menetapkan rute perdagangan, dan
menentukan tingkat kemampuan masing-masing kerajaan untuk melawan invasi.
Mereka terdidik menebak keinginan dari setiap kerajaan untuk membantu pihak lain,
dan memprediksi kemampuan mereka untuk melawan sendiri atau bersama-sama.
Juga, ketika menyerang suatu
daerah, bangsa Mongol akan melakukan semua yang diperlukan untuk benar-benar
menaklukkan kota-kota tersebut. Beberapa taktik yang dilakukan adalah mengalihkan
jalur sungai-sungai yang mengarah kota-kota yang akan ditaklukan, menutup
pasokan pangan dan menunggu penduduknya untuk menyerah, mengumpulkan warga
sipil dari daerah terdekat untuk mengisi lini depan untuk serangan kota sebelum
mendaki dinding atau tembok pertahanan, dan melakukan perampokan di daerah
sekitarnya lalu membunuh beberapa orang, maka membiarkan beberapa yang selamat
melarikan diri ke kota utama untuk melaporkan kerugian mereka kepada rakyat
utama untuk melemahkan perlawanan, sekaligus menguras sumber daya dari kota karena
dengan masuknya secara tiba-tiba para pengungsi.
L. Psy-War (Perang Psikologis) dan Tehnik Kamuflase (Tipuan)
Bangsa Mongol berhasil menggunakan
perang psikologis dalam banyak pertempuran mereka, terutama dalam hal
menyebarkan teror dan ketakutan ke kota-kota lainya. Mereka sering memberi
kesempatan kepada musuh untuk menyerah dan membayar upeti, daripada kota mereka
tersebut dijarah dan dihancurkan. Mereka tahu bahwa penduduk dengan populasi
menetap tidak bebas untuk lari seperti populasi nomaden dan bahwa penghancuran
kota-kota bagi mereka adalah menjadi kehilangnya terburuk. Ketika kota-kota tersebut
menerima tawaran itu, mereka terhindar dari bahaya, tetapi diperlukan pengorbanan
lain yaitu support untuk mendukung tentara Mongol menaklukkan daerah lainnya dengan
suplai tenaga kerja, persediaan bahan makanan, dan layanan lainnya yang diminta
oleh pasukan Mongol.
Sebaliknya. Jika tawaran itu
ditolak, Mongol akan menyerang dan menghancurkan kota-kota tersebut, tetapi
memungkinkan warga sipil melarikan diri dan beberapa diantaranya menjadi alat
menebar teror dengan melaporkan kerugian mereka. Laporan-laporan tersebut
adalah alat penting untuk menghasut rasa takut pada orang lain. Namun, kedua
belah pihak seringkali memiliki kepentingan yang sama jika berbeda motivasinya
dalam melebih-lebihkan dahsyatnya peristiwa tersebut. Bisa jadi dengan
melaporkan itu reputasi pasukan Mongol itu akan meningkat bisa juga laporan
teror mereka tersebut untuk meningkatkan semangat tentara melawan pasukan
Mongol.
Untuk itu, data spesifik
(misalnya jumlah korban) yang diberikan dalam sumber-sumber kontemporer perlu
dievaluasi dengan hati-hati, lihat segi motivasi dari pemberitaan itu.
Bangsa Mongol juga menggunakan taktik
tipu muslihat dengan sangat baik dalam perang mereka. Misalnya, ketika
mendekati tentara lawan yang bergerak akan dibagi ke dalam tiga atau lebih
kelompok tentara, masing-masing berusaha untuk mengepung dan mengejutkan lawan
mereka. Hal ini menciptakan skenario battlefield,
banyak lawannya mengira bahwa pasukan Mongol tampaknya akan bisa muncul entah
dari mana saja dan kelihatanya lebih banyak dibanding kenyataan sebenarnya.
Mengapit dan atau pura-pura mundur jika musuh tidak dapat diatasi dengan mudah
adalah salah satu teknik yang paling sering dipraktekkan.
Teknik lainnya yang
umum digunakan oleh pasukan tentara Mongol benar-benar perang psikologis dan
digunakan untuk menarik memancing musuh ke posisi rentan dengan menunjukkan
diri dari sebuah bukit atau beberapa lokasi yang telah ditentukan sebelumnya,
maka menghilang seger ke dalam hutan atau di belakang bukit sementara tentara
Mongol yang lainya akan mengapit dengan strategi muncul tibatiba seolah-olah bisa
datang entah dari mana saja baik sisi dari kiri, kanan dan atau dari belakang
mereka. Selama awal untuk memulai pertempuran di medan perang, saat berkemah di
dekat lokasi musuh-musuh mereka maka di malam hari berpura-pura menunjukan keunggulan
jumlah pasukan memerintahkan masing-masing unit pasukan untuk menyalakan
sedikitnya lima tempat kebakaran, yang akan terlihat untuk para pengintai musuh
atau mata-mata bahwa kekuatan mereka diperkirakan lima kali lebih besar dari jumlah
sebenarnya.
Pasukan Mongol juga melakukan
trik kamuflase dan teror, dengan cara mengikat cabang-cabang pohon atau daun di
belakang kuda mereka dan membiarkan kuda-kuda itu menarik dedaunan dibelakangnya
sehingga menyapu tanah; dengan melakukan perjalanan disertati dengan pergerakan
yang sistematis dan serempak pasukan Mongol bisa menciptakan badai debu di
balik bukit, hal ini dalam rangka menciptakan rasa takut dan juga kamuflase supaya
tampak bagi lawan jumlah pasukan mereka jauh lebih besar dari kondisi yang
sebenarnya, sehingga memaksa lawannya untuk menyerah. Karena setiap tentara
Mongol seperti disebutkan sebelumnya memiliki lebih dari satu kuda, mereka akan
membiarkan para tahanan dan warga sipil juga untuk naik kuda mereka untuk
sementara waktu sebelum konflik pertempuran berlangsung, dan tujuannya yang
pastinya yaitu kamuflase dari keunggulan jumlah pasukan itu tadi.
M.
Rekrutmen Pasukan Lawan Yang Menyerah
Pasukan Mongol mulai
menaklukkan wilayah-wilayah yang lain, sembari merekrut para laki-laki untuk dijadikan
bagian dari pasukan tentaranya jika mereka hanya menyatakan menyerah, terutama misalnya
bangsa Turki dan bangsa lainnya, seperti Armenia, Georgia dan lainnya,
siap-siap saja berada dalam bayang-banyang kehancuran total apalagi menantang
perang, pasti digebuk habis Karena itu, sebagai mereka memperluas ke daerah
lain, jumlah pasukan mereka meningkat karena cara perekrutan tadi dari
bangsa-bsangsa yang menyatakan takluk, termasuk di dalam serangkaian penaklukan
mereka, cara seperti itu yang dilakukan seperti halnya invasi dan pertempuran
di Baghdad, tentara lokalan itu bahu membahu menyerbu Bagdad, alhasil pasukan
Mongol termasuk pasukan multi nasional karena terdiri dari campuran berbagai
bangsa dan berjuang di bawah kontrol dan kepemimpinan Mongol.
N. Taktik Pertempuran Darat
Para tumen biasanya akan maju
di garis depan, lima baris melebar. Tiga baris pertama akan terdiri dari pasukan
pemanah berkuda, dua baris terakhir terdiri dari pasukan akhli tombak. Setelah
pasukan musuh berada dalam jarak jangkau senjata panah, pasukan Mongol akan
mencoba untuk menghindari serangan frontal berisiko atau sembrono (kontras
dengan lawan-lawan mereka dari Eropa dan Timur Tengah). Sebaliknya mereka akan
menggunakan serangan pengalih perhatian untuk mengacaukan dilokasi pertempuran
utama, sementara pasukan utama mereka berusaha untuk mengepung atau
mengelilingi musuh. Sekenarion pertama, para pemanah berkuda akan memberikan
sebuah serangan cepat dengan panah api. Suplai panah terus ditambahkan dengan
cara dibawa oleh unta-unta yang mengikuti dari jarak dekat untuk memastikan
suplai amunisi.
Tehnik Menjepit atau mengapit
Dalam semua situasi medan
perang, pasukan akan dibagi ke dalam formasi yang terpisah mulai dari kelompok
per 10, 100, 1.000 atau 10.000 prajurit tergantung pada situasi dan kondisi
medan tempur serta formasi pasukan lawan. Jika pasukan memecah diri dari
kekuatan utama dengan jumlah yang signifikan seperti 10.000 atau lebih prajurit
kearah depan atau menyamping maka para komandan yang berada diatas bukit akan
memberikan isyarat supaya pasukan berikutnya melapisi dengan jumlah yang sama
juga Para pemimpin pasukan Mongol umumnya akan memberikan taktik yang digunakan
untuk menyerang musuh. Misalnya dalam penyerbuan sebuah kota dengan memecah
pasukan supaya mengepung dari sebelah kiri dan kanan masing masing 500
prajurit, maka perintah itu akan diterjemahkan dengan disampaikan kepada 5 unit
dengan masing-masing unit berjumlah 100 tentara dan pasukan yang diperintahkan
akan mencoba mengepung dan melakukan penyerangan dari kedua sisi itu.
Pengepungan dan pembukaan
Alasan utama untuk pengepungan
ini adalah untuk mengepung kota sehingga lawannya tidak ada yang bisa
meloloskan diridari kedua sisi. Jika terlihat situasi memburuk pada salah satu
bidang atau sisinya, pemimpin pasukan dari bukit akan mengarahkan tentara
lainya untuk mendukung serangan tadi. Jika tampak bahwa akan ada masalah yang
menyebabkan kerugian yang cukup lumayan dipihak pasukan sendiri, pasukan Mongol
akan mundur untuk menyelamatkan diri dan akan mencoba lagi pada hari-hari
berikutnya, atau bisa jadi bulan depan setelah mempelajari taktik pertahanan lawannya
dalam pertempuran pertama atau bahkan mengirim pesan lagi supaya pihak lawan
menyerah, tentunya setelah menimbulkan beberapa bentuk kerusakan dan sabotase
terhadap kota yang mau ditaklukan.
Tidak ada ketetapan kapan dan
di mana unit-unit pasukan harus dikerahkan, tapi itu semua tergantung pada situasi
selama pertempuran berlangsung.
Kelompok-kelompok pasukan
memiliki kewenangan penuh pada apa yang harus mereka lakukan pada saat
pertempuran terjadi seperti mendukung pasukan pada sisi-sisi lain atau
melakukan kamuflase dengan pura-pura mundur pada kondisi yang tepat dalam kelompok-kelompok
kecil 100 sampai 1000 selama pertempuran sudah dimulai sesuai dengan arahan
umum dan lawan dapat dieliminasi jumlahnya.
Pura-pura Mundur dan Kabur
Pasukan Mongol biasa mempraktekan
siasat pura-pura mundur, yang mungkin merupakan taktik medan perang yang paling
sulit untuk dilakukan. Hal ini karena kemenangan pura-pura bila berhadapan
dengan pasukan terlatih sering dapat berubah menjadi kemenangan yang nyata jika
pasukan lawan mampu menekan secara sempurna. Berpura-pura berantakan dan mengalami
kekalahan dalam panasnya pertempuran yang sedang sengit-sengitnya, secara tiba-tiba
dalam sekejab pasukan Mongol dapat berubah panik dan berbalik lalu kabur, pada
saat poros tengah pasukan lawan bisa ditaik keluar, kemudian dengan segera
pasukan Mongol menghabisi pasukan lawannya di saat pasukan lawan lengah karena
asik menyerang.
Jika taktik mudur itu diketahui
pihak lawanya, maka pasukan Mongol dengan sabar memperpanjang mundur
pura-puranya selama beberapa hari atau bahkan bisa dalam hitungan mingguan, hal
ini bertujuan untuk meyakinkan pemburuan palsu bahwa mereka benar-benar telah dapat
dikalahkan, dan setelah dirasa bahwa lawanya tidak lagi memperketat pertahanan
seperti semula. lalu kemudian pasukan yang tadinya mundur dengan cepat akan
kembali dan bergabung lagi dengan formasi pasukan utama.
O. Terakhir! Semangat Juang
Berperang tanpa semangat juang
apalah artinya, mati konyol itu pasti! Semangat juang yang dibangun oleh
Jenghis Khan, Sang Kaisar Agung, Sang Penakluk, pada dasarnya sama dengan para
pemimpin yang lain. Menggunakan semangat spiritual.
Ide dasarnya adalah nuansa
religius atau nilai-nilai spiritual dari kepercayaan yang mereka anut. Jenghis Khan berhasil membina
karakter pasukannya berdasarkan nilai-nilai itu. Dan sama juga penokohan atas
tokoh spiritual itu jatuh pada Jenghis Khan yang dianggap sebagai wakil dari
Sang Pencipta.
Nilai-nilai inilah yang terus
dikembangkan, dipupuk dan dibina serta dipertahankan, sehingga menimbulkan nilai kepercayaan diri dan kerelaan
untuk berkorban. Jenghis Khan termasuk katagori manusia cerdas menggunakan
metode ini untuk memupuk dan menempa semngat juang pasukannya. Jadilah pasukan
Kekaisaran Agung Mongol, pasukan yang disetiap pertempuran menjadi bintang
lapangannya.
Kelebihan
lain, Jenghis khan
melakukan kesemuanya itu dengan tauladan dari dirinya sendiri. Itulah
sebenarnya inti dari berhsilnya apapun yang dia terapkan terhadap para
prajurinya lebih jauh terhadap bangsa Mongol secara keseluruhan.
Terlihat sekali
dari prosentase hasil rampasan perang yang dia ambil yang Cuma 10% untuk
kas
negara dan sebagian dirinya selebihnya buat pasukan secara adil,
kehidupan yang
merakyat alias penuh kesederhanaan dan nilai-nilai kekeluargaan yang dia
bangun. Lihat. Jika Seorang Kaisar Mongol meninggal, pasukan dimana pun
berada pasti ditarik ke induk pasukan utama, sebagian besar kembali ke
daratan Mongol untuk menghormati Kaisar mereka.
Memang bangsa yang Super
terdapat pemimpin yang Super didalamnya.
Sekian dan Terima Kasih. Semoga
ada manfaatnya...aminnn.
Salam damai Negeriku Salam
Sejahtera Nusantaraku
Wassalam
Penulis
Referensi :
- Oliver,Roland Anthony/Atmore, Anthony.Medieval Africa, 1250-1800 Cambridge University Press, 2001, pg. 17 ISBN 0-521-79372-6, ISBN 978-0-521-79372-8
- Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 222. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
- Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 217. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
- David Sneath-The Headless State: Aristocratic Orders, Kinship Society, and Misrepresentations of Nomadic Inner Asia, p.118
- George Lane - Daily life in the Mongol Empire, p.96
- Morris, Rossabi (October 1994). "All the Khan's Horses" (PDF). pp. 2. Retrieved 2007-11-21.
- George Lane. Genghis Khan and Mongol Rule. Westport, CT: Greenwood, 2004. Print. p.31
- George Lane - Ibid, p.99
- Genghis Khan and the Making of the Modern World - Jack Weatherford
- http://home.arcor.de/mustangace/sca_class_mongols.htm
- A History of Warfare - John Keegan
- Amitai-Preiss, Reuven. The Mamluk-Ilkhanid War, 1998
- Chambers, James, The Devil's Horsemen: The Mongol Invasion of Europe. Book Sales Press, 2003.
- R.E. Dupuy and T.N. Dupuy, The Encyclopedia Of Military History: From 3500 B.C. To The Present. (2nd Revised Edition 1986)
- Hildinger, Erik, Warriors of the Steppe: A Military History of Central Asia, 500 B.C. to A.D. 1700. Da Capo Press, 2001.
- Morgan, David, The Mongols. Wiley-Blackwell, ISBN 0-631-17563-6
- Jones Archer ., -- Art of War in the Western World [1]
- May, Timothy. "The Mongol Art of War." [1] Westholme Publishing, Yardley. 2007.
- Nicolle, David, -- The Mongol Warlords Brockhampton Press, 1998
- Charles Oman, The History of the Art of War in the Middle Ages (1898, rev. ed. 1953)
- Saunders, J.J. -- The History of the Mongol Conquests, Routledge & Kegan Paul Ltd, 1971, ISBN 0-8122-1766-7
- Sicker, Martin -- The Islamic World in Ascendancy: From the Arab Conquests to the Siege of Vienna, Praeger Publishers, 2000
- Soucek, Svatopluk -- A History of Inner Asia, Cambridge, 2000
- Verbruggen, J.F., -- The Art of Warfare in Western Europe during the Middle Ages, Boydell Press, Second English translation 1997, ISBN 0-85115-570-7
- Conn Iggulden., -- Genghis, birth of an empire,Bantham Dell.
- English Wikipedia Online
- http://menguaktabirsejarah.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar