Kamis, 14 Februari 2013

SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN Part 4

SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN

K.  Intelijen dan Perencanaan
Bangsa Mongol sangat hati-hati dan memata-matai musuh mereka sebelum melakukan invasi apapun. Sebelum invasi Eropa, Batu dan Subutai mengirim mata-mata selama hampir sepuluh tahun ke jantung Eropa, membuat peta jalan Romawi kuno, menetapkan rute perdagangan, dan menentukan tingkat kemampuan masing-masing kerajaan untuk melawan invasi. Mereka terdidik menebak keinginan dari setiap kerajaan untuk membantu pihak lain, dan memprediksi kemampuan mereka untuk melawan sendiri atau bersama-sama.
Juga, ketika menyerang suatu daerah, bangsa Mongol akan melakukan semua yang diperlukan untuk benar-benar menaklukkan kota-kota tersebut. Beberapa taktik yang dilakukan adalah mengalihkan jalur sungai-sungai yang mengarah kota-kota yang akan ditaklukan, menutup pasokan pangan dan menunggu penduduknya untuk menyerah, mengumpulkan warga sipil dari daerah terdekat untuk mengisi lini depan untuk serangan kota sebelum mendaki dinding atau tembok pertahanan, dan melakukan perampokan di daerah sekitarnya lalu membunuh beberapa orang, maka membiarkan beberapa yang selamat melarikan diri ke kota utama untuk melaporkan kerugian mereka kepada rakyat utama untuk melemahkan perlawanan, sekaligus menguras sumber daya dari kota karena dengan masuknya secara tiba-tiba para pengungsi.
L. Psy-War (Perang Psikologis) dan Tehnik Kamuflase (Tipuan)
Bangsa Mongol berhasil menggunakan perang psikologis dalam banyak pertempuran mereka, terutama dalam hal menyebarkan teror dan ketakutan ke kota-kota lainya. Mereka sering memberi kesempatan kepada musuh untuk menyerah dan membayar upeti, daripada kota mereka tersebut dijarah dan dihancurkan. Mereka tahu bahwa penduduk dengan populasi menetap tidak bebas untuk lari seperti populasi nomaden dan bahwa penghancuran kota-kota bagi mereka adalah menjadi kehilangnya terburuk. Ketika kota-kota tersebut menerima tawaran itu, mereka terhindar dari bahaya, tetapi diperlukan pengorbanan lain yaitu support untuk mendukung tentara Mongol menaklukkan daerah lainnya dengan suplai tenaga kerja, persediaan bahan makanan, dan layanan lainnya yang diminta oleh pasukan Mongol.
Sebaliknya. Jika tawaran itu ditolak, Mongol akan menyerang dan menghancurkan kota-kota tersebut, tetapi memungkinkan warga sipil melarikan diri dan beberapa diantaranya menjadi alat menebar teror dengan melaporkan kerugian mereka. Laporan-laporan tersebut adalah alat penting untuk menghasut rasa takut pada orang lain. Namun, kedua belah pihak seringkali memiliki kepentingan yang sama jika berbeda motivasinya dalam melebih-lebihkan dahsyatnya peristiwa tersebut. Bisa jadi dengan melaporkan itu reputasi pasukan Mongol itu akan meningkat bisa juga laporan teror mereka tersebut untuk meningkatkan semangat tentara melawan pasukan Mongol.
Untuk itu, data spesifik (misalnya jumlah korban) yang diberikan dalam sumber-sumber kontemporer perlu dievaluasi dengan hati-hati, lihat segi motivasi dari pemberitaan itu.
Bangsa Mongol juga menggunakan taktik tipu muslihat dengan sangat baik dalam perang mereka. Misalnya, ketika mendekati tentara lawan yang bergerak akan dibagi ke dalam tiga atau lebih kelompok tentara, masing-masing berusaha untuk mengepung dan mengejutkan lawan mereka. Hal ini menciptakan skenario battlefield, banyak lawannya mengira bahwa pasukan Mongol tampaknya akan bisa muncul entah dari mana saja dan kelihatanya lebih banyak dibanding kenyataan sebenarnya. Mengapit dan atau pura-pura mundur jika musuh tidak dapat diatasi dengan mudah adalah salah satu teknik yang paling sering dipraktekkan. 
Teknik lainnya yang umum digunakan oleh pasukan tentara Mongol benar-benar perang psikologis dan digunakan untuk menarik memancing musuh ke posisi rentan dengan menunjukkan diri dari sebuah bukit atau beberapa lokasi yang telah ditentukan sebelumnya, maka menghilang seger ke dalam hutan atau di belakang bukit sementara tentara Mongol yang lainya akan mengapit dengan strategi muncul tibatiba seolah-olah bisa datang entah dari mana saja baik sisi dari kiri, kanan dan atau dari belakang mereka. Selama awal untuk memulai pertempuran di medan perang, saat berkemah di dekat lokasi musuh-musuh mereka maka di malam hari berpura-pura menunjukan keunggulan jumlah pasukan memerintahkan masing-masing unit pasukan untuk menyalakan sedikitnya lima tempat kebakaran, yang akan terlihat untuk para pengintai musuh atau mata-mata bahwa kekuatan mereka diperkirakan lima kali lebih besar dari jumlah sebenarnya.
Pasukan Mongol juga melakukan trik kamuflase dan teror, dengan cara mengikat cabang-cabang pohon atau daun di belakang kuda mereka dan membiarkan kuda-kuda itu menarik dedaunan dibelakangnya sehingga menyapu tanah; dengan melakukan perjalanan disertati dengan pergerakan yang sistematis dan serempak pasukan Mongol bisa menciptakan badai debu di balik bukit, hal ini dalam rangka menciptakan rasa takut dan juga kamuflase supaya tampak bagi lawan jumlah pasukan mereka jauh lebih besar dari kondisi yang sebenarnya, sehingga memaksa lawannya untuk menyerah. Karena setiap tentara Mongol seperti disebutkan sebelumnya memiliki lebih dari satu kuda, mereka akan membiarkan para tahanan dan warga sipil juga untuk naik kuda mereka untuk sementara waktu sebelum konflik pertempuran berlangsung, dan tujuannya yang pastinya yaitu kamuflase dari keunggulan jumlah pasukan itu tadi.
M.   Rekrutmen Pasukan Lawan Yang Menyerah
Pasukan Mongol mulai menaklukkan wilayah-wilayah yang lain, sembari merekrut para laki-laki untuk dijadikan bagian dari pasukan tentaranya jika mereka hanya menyatakan menyerah, terutama misalnya bangsa Turki dan bangsa lainnya, seperti Armenia, Georgia dan lainnya, siap-siap saja berada dalam bayang-banyang kehancuran total apalagi menantang perang, pasti digebuk habis Karena itu, sebagai mereka memperluas ke daerah lain, jumlah pasukan mereka meningkat karena cara perekrutan tadi dari bangsa-bsangsa yang menyatakan takluk, termasuk di dalam serangkaian penaklukan mereka, cara seperti itu yang dilakukan seperti halnya invasi dan pertempuran di Baghdad, tentara lokalan itu bahu membahu menyerbu Bagdad, alhasil pasukan Mongol termasuk pasukan multi nasional karena terdiri dari campuran berbagai bangsa dan berjuang di bawah kontrol dan kepemimpinan Mongol.
N.  Taktik Pertempuran Darat
Para tumen biasanya akan maju di garis depan, lima baris melebar. Tiga baris pertama akan terdiri dari pasukan pemanah berkuda, dua baris terakhir terdiri dari pasukan akhli tombak. Setelah pasukan musuh berada dalam jarak jangkau senjata panah, pasukan Mongol akan mencoba untuk menghindari serangan frontal berisiko atau sembrono (kontras dengan lawan-lawan mereka dari Eropa dan Timur Tengah). Sebaliknya mereka akan menggunakan serangan pengalih perhatian untuk mengacaukan dilokasi pertempuran utama, sementara pasukan utama mereka berusaha untuk mengepung atau mengelilingi musuh. Sekenarion pertama, para pemanah berkuda akan memberikan sebuah serangan cepat dengan panah api. Suplai panah terus ditambahkan dengan cara dibawa oleh unta-unta yang mengikuti dari jarak dekat untuk memastikan suplai amunisi.

Tehnik Menjepit atau mengapit
Dalam semua situasi medan perang, pasukan akan dibagi ke dalam formasi yang terpisah mulai dari kelompok per 10, 100, 1.000 atau 10.000 prajurit tergantung pada situasi dan kondisi medan tempur serta formasi pasukan lawan. Jika pasukan memecah diri dari kekuatan utama dengan jumlah yang signifikan seperti 10.000 atau lebih prajurit kearah depan atau menyamping maka para komandan yang berada diatas bukit akan memberikan isyarat supaya pasukan berikutnya melapisi dengan jumlah yang sama juga Para pemimpin pasukan Mongol umumnya akan memberikan taktik yang digunakan untuk menyerang musuh. Misalnya dalam penyerbuan sebuah kota dengan memecah pasukan supaya mengepung dari sebelah kiri dan kanan masing masing 500 prajurit, maka perintah itu akan diterjemahkan dengan disampaikan kepada 5 unit dengan masing-masing unit berjumlah 100 tentara dan pasukan yang diperintahkan akan mencoba mengepung dan melakukan penyerangan dari kedua sisi itu.
Pengepungan dan pembukaan
Alasan utama untuk pengepungan ini adalah untuk mengepung kota sehingga lawannya tidak ada yang bisa meloloskan diridari kedua sisi. Jika terlihat situasi memburuk pada salah satu bidang atau sisinya, pemimpin pasukan dari bukit akan mengarahkan tentara lainya untuk mendukung serangan tadi. Jika tampak bahwa akan ada masalah yang menyebabkan kerugian yang cukup lumayan dipihak pasukan sendiri, pasukan Mongol akan mundur untuk menyelamatkan diri dan akan mencoba lagi pada hari-hari berikutnya, atau bisa jadi bulan depan setelah mempelajari taktik pertahanan lawannya dalam pertempuran pertama atau bahkan mengirim pesan lagi supaya pihak lawan menyerah, tentunya setelah menimbulkan beberapa bentuk kerusakan dan sabotase terhadap kota yang mau ditaklukan.
Tidak ada ketetapan kapan dan di mana unit-unit pasukan harus dikerahkan, tapi itu semua tergantung pada situasi selama pertempuran berlangsung.
Kelompok-kelompok pasukan memiliki kewenangan penuh pada apa yang harus mereka lakukan pada saat pertempuran terjadi seperti mendukung pasukan pada sisi-sisi lain atau melakukan kamuflase dengan pura-pura mundur pada kondisi yang tepat dalam kelompok-kelompok kecil 100 sampai 1000 selama pertempuran sudah dimulai sesuai dengan arahan umum dan lawan dapat dieliminasi jumlahnya.
Pura-pura Mundur dan Kabur
Pasukan Mongol biasa mempraktekan siasat pura-pura mundur, yang mungkin merupakan taktik medan perang yang paling sulit untuk dilakukan. Hal ini karena kemenangan pura-pura bila berhadapan dengan pasukan terlatih sering dapat berubah menjadi kemenangan yang nyata jika pasukan lawan mampu menekan secara sempurna. Berpura-pura berantakan dan mengalami kekalahan dalam panasnya pertempuran yang sedang sengit-sengitnya, secara tiba-tiba dalam sekejab pasukan Mongol dapat berubah panik dan berbalik lalu kabur, pada saat poros tengah pasukan lawan bisa ditaik keluar, kemudian dengan segera pasukan Mongol menghabisi pasukan lawannya di saat pasukan lawan lengah karena asik menyerang.
Jika taktik mudur itu diketahui pihak lawanya, maka pasukan Mongol dengan sabar memperpanjang mundur pura-puranya selama beberapa hari atau bahkan bisa dalam hitungan mingguan, hal ini bertujuan untuk meyakinkan pemburuan palsu bahwa mereka benar-benar telah dapat dikalahkan, dan setelah dirasa bahwa lawanya tidak lagi memperketat pertahanan seperti semula. lalu kemudian pasukan yang tadinya mundur dengan cepat akan kembali dan bergabung lagi dengan formasi pasukan utama.
O.  Terakhir! Semangat Juang
Berperang tanpa semangat juang apalah artinya, mati konyol itu pasti! Semangat juang yang dibangun oleh Jenghis Khan, Sang Kaisar Agung, Sang Penakluk, pada dasarnya sama dengan para pemimpin yang lain. Menggunakan semangat spiritual.
Ide dasarnya adalah nuansa religius atau nilai-nilai spiritual dari kepercayaan yang mereka anut. Jenghis Khan berhasil membina karakter pasukannya berdasarkan nilai-nilai itu. Dan sama juga penokohan atas tokoh spiritual itu jatuh pada Jenghis Khan yang dianggap sebagai wakil dari Sang Pencipta.
Nilai-nilai inilah yang terus dikembangkan, dipupuk dan dibina serta dipertahankan, sehingga menimbulkan nilai kepercayaan diri dan kerelaan untuk berkorban. Jenghis Khan termasuk katagori manusia cerdas menggunakan metode ini untuk memupuk dan menempa semngat juang pasukannya. Jadilah pasukan Kekaisaran Agung Mongol, pasukan yang disetiap pertempuran menjadi bintang lapangannya.
Kelebihan lain, Jenghis khan melakukan kesemuanya itu dengan tauladan dari dirinya sendiri. Itulah sebenarnya inti dari berhsilnya apapun yang dia terapkan terhadap para prajurinya lebih jauh terhadap bangsa Mongol secara keseluruhan. Terlihat sekali dari prosentase hasil rampasan perang yang dia ambil yang Cuma 10% untuk kas negara dan sebagian dirinya selebihnya buat pasukan secara adil, kehidupan yang merakyat alias penuh kesederhanaan dan nilai-nilai kekeluargaan yang dia bangun. Lihat. Jika Seorang Kaisar Mongol meninggal, pasukan dimana pun berada pasti ditarik ke induk pasukan utama, sebagian besar kembali ke daratan Mongol untuk menghormati Kaisar mereka.
Memang bangsa yang Super terdapat pemimpin yang Super didalamnya.
Sekian dan Terima Kasih. Semoga ada manfaatnya...aminnn.
Salam damai Negeriku Salam Sejahtera Nusantaraku
Wassalam
Penulis
Referensi : 

  1. Oliver,Roland Anthony/Atmore, Anthony.Medieval Africa, 1250-1800 Cambridge University Press, 2001, pg. 17 ISBN 0-521-79372-6, ISBN 978-0-521-79372-8
  2. Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 222. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
  3. Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 217. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
  4. David Sneath-The Headless State: Aristocratic Orders, Kinship Society, and Misrepresentations of Nomadic Inner Asia, p.118
  5. George Lane - Daily life in the Mongol Empire, p.96
  6. Morris, Rossabi (October 1994). "All the Khan's Horses" (PDF). pp. 2. Retrieved 2007-11-21.
  7. George Lane. Genghis Khan and Mongol Rule. Westport, CT: Greenwood, 2004. Print. p.31
  8. George Lane - Ibid, p.99
  9. Genghis Khan and the Making of the Modern World - Jack Weatherford
  10. http://home.arcor.de/mustangace/sca_class_mongols.htm
  11. A History of Warfare - John Keegan
  12. Amitai-Preiss, Reuven. The Mamluk-Ilkhanid War, 1998
  13. Chambers, James, The Devil's Horsemen: The Mongol Invasion of Europe. Book Sales Press, 2003.
  14. R.E. Dupuy and T.N. Dupuy, The Encyclopedia Of Military History: From 3500 B.C. To The Present. (2nd Revised Edition 1986)
  15. Hildinger, Erik, Warriors of the Steppe: A Military History of Central Asia, 500 B.C. to A.D. 1700. Da Capo Press, 2001.
  16. Morgan, David, The Mongols. Wiley-Blackwell, ISBN 0-631-17563-6
  17. Jones Archer ., -- Art of War in the Western World [1]
  18. May, Timothy. "The Mongol Art of War." [1] Westholme Publishing, Yardley. 2007.
  19.  Nicolle, David, -- The Mongol Warlords Brockhampton Press, 1998
  20. Charles Oman, The History of the Art of War in the Middle Ages (1898, rev. ed. 1953)
  21. Saunders, J.J. -- The History of the Mongol Conquests, Routledge & Kegan Paul Ltd, 1971, ISBN 0-8122-1766-7
  22. Sicker, Martin -- The Islamic World in Ascendancy: From the Arab Conquests to the Siege of Vienna, Praeger Publishers, 2000
  23.  Soucek, Svatopluk -- A History of Inner Asia, Cambridge, 2000
  24. Verbruggen, J.F., -- The Art of Warfare in Western Europe during the Middle Ages, Boydell Press, Second English translation 1997, ISBN 0-85115-570-7
  25. Conn Iggulden., -- Genghis, birth of an empire,Bantham Dell.
  26. English Wikipedia Online 
  27. http://menguaktabirsejarah.blogspot.com

Tidak ada komentar: