SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN
Taktik dan Organisasi Pasukan Mongol
Taktik dan Organisasi Pasukan Militer
Mongol dibentuk dan dirancang oleh Jenghis Khan dan dengan taktik ini Kekaisaran
Mongol hampir menaklukkan seluruh benua Asia, Timur Tengah dan bagian timur
Eropa.
Pondasi dasarnya yaitu dari
sistem yang dikembangkan dan merupakan kelanjutan dari gaya hidup nomaden dari bangsa
Mongol. Hal-hal lain dalam pengembangnya ditemukan oleh Jenghis Khan, atau para
jenderal perangnya, dan para penerus dinastinya. Teknologi budaya dan ahli
teknis asing lain yang dipikir berguna untuk sistem pertahanan dan serangan,
diadaptasi atau diadopsi kemudian diintegrasikan ke dalam struktur komando
pasukan militernya.
Sebagian besar pertempuran pada
abad ke-13, yang dilakukan bangsa Mongol, mereka hanya kehilangan atau
mengalami kekalahan beberapa pertempuran dengan menggunakan sistem itu yang
diterapkan Jenghis khan, tapi kekalahan-kekalahan itu pun selalu diraih kembali,
kekalahan itu dijadikan pembelajaran dan kemudian dievaluasi sehingga hasilnya
diubah jadi kemengan.
Dalam banyak kasus, mereka
menang melawan tentara lawan yang secara signifikan jauh lebih besar. Kekalahan
pertama yang mereka alami yang sebenarnya ketika terjadi dalam Pertempuran Ain
Jalut di 1260, melawan tentara yang telah dilatih khusus, merupakan pasukan
pertama yang dilatih dengan oleh pasukan mereka sendiri, senjata makan tuan. Pertempuran
Itu sekaligus mengakhiri ekspansi Kekaisaran Mongol ke wilayah barat, dan dalam
20 tahun ke depan, Mongol juga menderita kekalahan dalam invasi percobaan ke Vietnam
(Annam) dan Jepang. Tetapi kekalahan itupun secara global dikarenakan Kekaisaran
Mongol dalam kondisi terpecah belah dan mulai melemah sebagai dampak besar dari
invasi kewilayah lain yang telah mereka lakukan yang berlangsung selama kisaran
seratus tahun lebih, dengan mulai timbul pemberontakan dan pemisahkan diri oleh
wilayah bawahnya yang pernah ditaklukan oleh pasukan Kekaisaran Mongol.
Organisasi dan karakteristik Pasukan
A. Sistem Desimal
Jenghis Khan mengorganisir
tentara Mongol ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan sistem desimal. Satu unit
atau regu pasukan, terdiri dari 14-60 orang, yang secara rekursif dibangun dari
kelompok terdiri dari 10 (Arav), 100 (Zuut), 1.000 (Minghan), dan 10.000
(Tumen), masing-masing dengan sistem pelaporan oleh pemimpin pasukan dari
tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Unit-unit regu
pasukan itu diawasi oleh seorang intendan (kepala divisi pasukan) Tumen, yang
disebut jurtchi. Artinya total pasukan dapat dihitung sekitar minimal 140 ribu
sampai 600 ribu orang dengan diambil rata-rata sekitar 440 ribu orang pasukan
Kekaisaran Mongol yang tersebar di Wilayah Monggol sendiri dan wilayah-wilayah
bawahannya yang sudah ditaklukan.
Jenghis Khan menghargai mereka,
yang telah setia kepadanya selama tahun-tahun sampai ia naik ke puncak
kekuasaannya, melalui surat keputusan yang dibuat dari markas besarnya. Para
Tumen, dan Minghan, diperintahkan oleh seorang Noyan, yang diberi tugas untuk
mengelola wilayah secara administratif pada wilayah yang sudah ditaklukan.
Dari Sejumlah Tunmen, kira-kira
dua sampai lima Tumen, kemudian akan membentuk sebuah Ordu yang berarti sebuah
korps gabungan tentara atau pasukan
tempur, yang mana istilah kata "Horde" atau unit tentara gabungan itu
dibentuk atas perintah para Khan atau para jenderal mereka (Boyan). Sebuah Ordu
adalah sebuah unit tentara gabungan yang diatur secara ketat dengan sistem
organisasi dan tampilan bentuk formasi pasukan yang seragam.
Transfer atau perpindahan antar
unit regu pasukan dilarang. Para pemimpin pada tingkat masing-masingnya
memiliki lisensi atau wewenang penuh untuk mengeksekusi perintah mereka sendiri
dengan cara yang mereka anggap terbaik. Struktur komando pasukan dengan sistem
diatas terbukti sangat fleksibel dan memungkinkan tentara Mongol untuk
menyerang secara massal, membagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil untuk memimpin
pengepungan dalam penyergapan pasukan lawan, atau membagi menjadi
kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 tentara atau lebih ketika melarikan
diri atau terpecah belah saat pertempuran berlangsung.
Setiap tentara secara individu
bertanggung jawab atas peralatan dan senjata yang mereka miliki (senjata
inventaris pasukan), sekurang-kurangnya masing-masing dari mereka memiliki lima
jenis senjata. Meskipun mereka berperang sebagai bagian dari unit pasukan
tetapi keluarga dan hewan tunggangan para personil pasukan akan menemani pada
setiap ekspedisi keluar wilayah.
Dari semua unit pasukan yang
ada, terdapat pasukan elit yang disebut keshig.
Pasukan itu berfungsi sebagai penjaga kekaisaran Kekaisaran Mongol serta tempat
pelatihan bagi perwira muda potensial, Subutai Agung (penasihat militer para
pewaris Jenghis Khan) memulai karirnya di sana.
B.
Memutuskan Hubungan Mata Rantai Kelompok Kesukuan
Sebelum era Jenghis Khan,
banyak suku dan konfederasi didaratan Mongol, termasuk diantaranya Suku-suku bangsa
Naiman, Merkit, Tatar, Mongol, dan Keraits. Mereka pada awalnya sering saling
melakuan penyergapan satu sama lain atau bahkan saling bergabung melakukan itu Permusuhan
ini berlangsung berabad-abad lamanya. Saling balas dendam. Selain itu, banyak kelompok
keluarga dan individu telah dikucilkan dari suku mereka karena berbagai alasan
dan tinggal di luar perlindungan suku. Kelompok-kelompok yang terakhir inilah
yang disambut oleh Jenghis Khan untuk bergabung dengan pasukannya.
Ketika terjadi penggabungan
tentara baru ke dalam tentara inti, Jenghis Khan membagi tentara di bawah
pemimpin yang berbeda untuk memecah hubungan sosial dan kesukuan tersebut,
sehingga tidak ada pembagian berdasarkan garis keturunan dari aliansi suku-sukunya.
Dengan demikian, ia membantu untuk mempersatukan masyarakat yang berbeda dan terbentuklah
loyalitas baru dari setiap pasukan, satu sama lainnya. Namun demikian,
identitas kesukuan lama tidak sepenuhnya hilang, masih terdapat dari beberapa
suku yang merupakan orang-orang Jenghis Khan sebenarnya yang dengan tetap setia
kepadanya sepanjang tahun, secara keras tetap mempertahankan beberapa integritas
dan rasa identitas sebagai kelanjutanya, sedangkan Suku-suku bangsa seperti Tatar,
Mergids, Keraits, Naiman dan klan bekas musuhnya yang awalnya lebih kuat dari
Jenghis Khan benar-benar telah terputus kesatuan mereka. Oleh karena itu, ada
contoh misal Tunmen Ongut tetapi tidak pernah merupakan bagian dari Tumen Tatar,
padahal klan Ongut bagian dari suku bangsa Tartar.
Promosi jabatan diutamakan
berdasarkan prestasi. Setiap pimpinan unit pasukan bertanggung jawab atas
kesiapan prajuritnya setiap saat dan akan diganti jika ditemukan dan dinilai
adanya ketidakcakapan dalam memimpin.
Promosi jabatan juga diberikan
atas dasar kemampuan, bukan atas identitas asal muasal kelahirannya, dengan
kemungkinan pengecualian untuk kerabat dari Jenghis Khan sendiri tentunya, yang
merupakan tingkat komando tertinggi pada hirarki pasukan. Sebuah contoh yang
baik akan Subutai, putra seorang pandai besi (profesi yang sangat terhormat
sebenarnya pada masa, tetapi biasanya tidak ditakdirkan untuk jadi calon pemimpin).
Contoh dalam serangkaian invasi
penaklukan Eropa Barat dan Timur, secara normal harusnya komando dipegang oleh Batu
Khan, cucu Jenghis Khan. Dua pangeran lainnya yang sedarah dengan Batu Khan
mengepalai masing-masing sayap pasukan itu. Tapi ketiga pangeran anak Jenghis
Khan tersebut secara operasional berada di bawah pengendalian Subutai. Setelah
menerima berita kematian Ogedei Khan (putra dan penerus Jenghis Khan) pada
tahun 1243. Itulah Subutai, yang mengingatkan ketiga pangeran yang ogah-ogahan
atas tugas dinasti mereka dan Subutai memerintahkan para Tumen untuk naik
kembali ke Mongol. Dengan demikian, kejadian ini menyelamatlah Eropa dari
pukulan kehancuran total lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar